ORBIZ Logo
thumbnail

Jangan Lakukan 5 Kesalahan Ini Kalau Mau Brand Online Berkembang

Category
Market Insight
Publish Date
23 September 2025

Tren e-commerce terus memunculkan pemain baru dengan strategi yang makin berani. Bagi brand yang sudah ada, kesalahan kecil saja bisa membuat langkah melambat.

Dalam situasi ini, bukan hanya produk yang menentukan keberhasilan, tetapi juga strategi yang dijalankan setiap hari. Berikut lima kesalahan yang sering menghambat brand online, dan bagaimana cara menghindarinya.

  1. Diskon Jadi Senjata Andalan

    Diskon memang ampuh menarik perhatian, tetapi jika terus-menerus dijadikan strategi utama, pelanggan hanya akan mengingat satu hal: brand Anda murah. Begitu promo berhenti, mereka pun ikut pergi.

    Brand yang kuat punya nilai lebih dari sekadar potongan harga. Tunjukkan alasan mengapa produk layak dipilih, mulai dari kualitas, proses produksi, hingga cerita nyata dari pelanggan yang puas.

  2. Mengandalkan Marketplace Tanpa Data Sendiri

    Marketplace memberi akses mudah ke pasar, tapi data pelanggan tetap dimiliki platform. Tanpa data sendiri, brand tidak tahu siapa yang sering melakukan repeat order, siapa yang berhenti membeli, atau siapa yang potensial untuk upselling.

    Mulailah membangun database sederhana, misalnya lewat newsletter, exclusive voucher, atau program loyalitas. Data ini akan menjadi fondasi untuk strategi pemasaran yang lebih personal dan jangka panjang.

  3. Konten Menarik Tanpa Arah yang Jelas

    Feed terlihat rapi, video rutin diunggah, desain konsisten, namun penjualan tetap stagnan. Masalahnya sederhana: konten dibuat tanpa arah yang jelas.

    Konten seharusnya menjadi bagian dari perjalanan pelanggan. Edukasi untuk mereka yang baru kenal brand, bukti sosial untuk yang masih ragu, hingga ajakan untuk mereka yang siap membeli. Dengan alur seperti ini, konten tidak hanya jadi aktivitas posting, tetapi benar-benar mendukung konversi.

  4. Mengabaikan TikTok Live

    TikTok Live berkembang pesat sebagai kanal penjualan interaktif. Pelanggan bisa melihat produk secara langsung, bertanya, lalu membeli di saat yang sama. Sayangnya, banyak brand masih menunda karena merasa belum siap atau takut tampil di depan kamera. Padahal, tidak harus dimulai dengan skala besar. Sesi singkat seminggu sekali sudah cukup untuk memperkenalkan produk unggulan atau menjawab pertanyaan audiens. Konsistensi akan membangun kepercayaan dan memperbesar peluang penjualan.

  5. Semua Dikerjakan Sendiri

    Mengelola stok, campaign, konten, hingga customer service secara manual mungkin bisa dilakukan di awal. Namun seiring pertumbuhan bisnis, semakin berat beban operasional. Energi habis untuk hal teknis, sementara strategi terabaikan.

    Brand yang berkembang cepat biasanya tahu kapan harus menata sistem atau menggandeng partner. Dengan operasional yang lebih terstruktur, tim internal bisa fokus pada strategi dan inovasi.

Produk Berkualitas Saja Tidak Cukup

Produk yang bagus tetap penting, namun dalam ekosistem e-commerce, kualitas saja tidak menjamin pertumbuhan. Brand yang mampu bertahan adalah brand yang menguasai rantai digital dari hulu ke hilir.

Orbiz hadir untuk membantu brand menghadapi tantangan ini dengan solusi yang terarah. Kami memastikan detail teknis berjalan mulus, sehingga brand bisa fokus pada strategi dan ekspansi.

Intip di sini bagaimana Orbiz berhasil mendorong GMV brand naik drastis.

Keywords: Brand online, Bisnis online, Kesalahan e-commerce, Strategi e-commerce, Cara mengembangkan brand online, TikTok Live untuk e-commerce, Kesalahan dalam membangun bisnis online, E-commerce enabler, Apa itu e-commerce enabler, Marketplace management, Fulfillment e-commerce, Digital marketing e-commerce, Customer service e-commerce